BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan merupakan anugerah
yang sangat agung dan rahasia Illahi yang paling besar dari sekian banyak
rahasia Allah di alam ini. Allah menciptakan dan membentuk manusia dengan
perangkat akal dan pikiran yang responsif terhadap berbagai fenomena kehidupan
di muka bumi, beserta berbagai macam tanda kebesaran-Nya di jagad raya. Dengan
ilmu pengetahuan, manusia dikukuhkan menjadi pembawa risalah kekhalifahan di
muka bumi, yang memiliki kewajiban untuk memakmurkan dan mengembangkannya.
Dengan dinamika kehidupan dan berbagai pernak-perniknya, berdasarkan petunjuk
Rabb-Nya, selaras dengan manhaj dan arahan-Nya, sehingga proses pencarian
maupun pengamalan Ilmu Pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ibadah.
Berbicara tentang Ilmu Pengetahuan
dalam hubungannya dengan Al-Qur’an, ada persepsi bahwa Al-Qur’an itu adalah
kitab Ilmu Pengetahuan. Persepsi ini muncul atas dasar isyarat-isyarat
Al-Qur’an yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan. Dari isyarat tersebut
sebagian para ahli berupaya membuktikannya dan ternyata mendapatkan hasil yang
sesuai dengan isyaratnya, sehingga semakin memperkuat persepsi tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Al-Qur’an Surat Ar-Rahman [55]: 19-20 Dan 33
2.
Al-Qur’an Surat Al-Mujadalah Ayat [58]: 11
3.
Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat [16]: 7
BAB
II
PEMBAHASAN
TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG ILMU PENGETAHUAN
A.
SURAH AR-RAHMAN (55)
: 19-20 DAN 33
1.
Teks
Ayat Surah Ar-Rahman (55) : 19-20 Dan 33
ylttB Ç`÷tóst7ø9$# Èb$uÉ)tGù=t ÇÊÒÈ $yJåks]÷t/ Óyöt/ w Èb$uÉóö7t ÇËÉÈ
u|³÷èyJ»t Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù 4 w cräàÿZs? wÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0 ÇÌÌÈ
2.
Kosa
Kata Surah Ar-Rahman (55) : 19-20 Dan 33
Nºuq»yJ¡¡9$# = langit dan bumi
|
lttB =
membiarkan
|
ÇÚöF{$#ur = dan bumi
|
Ç`÷tóst7ø9$ = dua lautan
|
#räàÿR$$sù = Maka lintasilah
|
b$uÉ)tGù=t = bertemu
|
`»sÜù=Ý¡Î0 = dengan kekuatan
|
$yJåks]÷t/ = antara
keduanya
|
§RM}$#ur = manusia
|
#räàÿZs?br& = jika kamu
sanggup menembus
|
`Ågø:$# = jin
|
|³÷èyJ»t = Hai jama'ah
|
3.
Terjemahan Surah Ar-Rahman (55) : 19-20 Dan 33
Artinya :
19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang
keduanya kemudian bertemu,
20.
antara keduanya
ada batas yang tidak dilampaui masing-masing [1443].
33.
Hai jama'ah jin
dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,
Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.
4.
Tafsir Surah Ar-Rahman (55) : 19-20 Dan 33
Ayat-ayat ini bahwa Allah mengalirkan air asin dan air tawar berdekatan
dan kemudian berkumpul menjadi satu, masing-masing tidak mempengaruhi yang
lain, yang asin tidak mempengaruhi yang tawar sehingga yang tawar menjadi asin
dan yang tawar tidak mempengaruhi yang asin sehingga menjadi tawar. Allah telah
membatasi di antara keduanya dengan batas yang telah diciptakanNya dan
kekuasaanNya atau dibatasi dengan batas yang berupa tanah. Hal ini dapat
dilihat seperti sungai-sungai yang mengalir dari gunung-gunung yang akhirnya
masuk ke dalam laut dan tetapa asin dan air sungainya tetap tawar.[1]
Di antara ahli
tafsir ada yang berpendapat bahwa la yabghiyan Maksudnya masing-masingnya tidak
menghendaki. dengan demikian maksud ayat 19-20 ialah bahwa ada dua laut yang
keduanya tercerai karena dibatasi oleh tanah genting, tetapi tanah genting itu
tidaklah dikehendaki (tidak diperlukan) Maka pada akhirnya, tanah genting itu
dibuang (digali untuk keperluan lalu lintas), Maka bertemulah dua lautan itu.
seperti terusan Suez dan terusan Panama.[2]
B.
SURAH AL-MUJADALAH AYAT [58]: 11
1.
Teks Surah Al-Mujadalah Ayat [58]: 11
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 ( #sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
2.
Kosa Kata Surah Al-Mujadalah Ayat [58]: 11
Æ ª!$#ìsùöt = majlis
|
$pkr'¯»t = Hai orang-orang
|
Où=Ïèø9$##qè?ré&=diberi ilmu pengetahuan
|
ûïÏ%©!$# = Apabila
|
;M»y_uy =
derajat
|
#þqãZtB#uä = beriman
|
#râà±S$# = Berdirilah kamu
|
Nä3s9@Ï%#sÎ =apabila kamu dikatakan kepadamu
|
§Î=»yfyJø9$ = majlis
|
#qßs¡¡xÿs? = Berlapang-lapanglah
|
3.
Terjemahan Surah Al-Mujadalah Ayat [58]: 11
Artinya: Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam
majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan
apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya majlis orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 58: 11)
4.
Tafsir Surah Al-Mujadalah Ayat [58]: 11
Kata (تفسّحوا) tafassahu dan
(افسحوا ) ifsahu terambil dari kata (فسح) fasaha,
yakni lapang. Sedang kata (انشزوا) unsyzuterambil
dari kata (نشوز) nusyuz, yakni tempat yang
tinggi. Perintah tersebut pada mulanya berarti beralih ke tempat yang
tinggi. Yang dimaksud di sini pindah ke tempat lain untuk memberi
kesempatan kepada yang lebih wajar duduk atau berada di tempat yang wajar
pindah itu atau bangkit melakukan satu aktifitas positif. Ada juga yang
memahaminya berdirilah dari rumah Nabi, jangan lama-lama di sana, karena boleh
jadi ada kepentingan Nabi SAW yang lain dan yang perlu segera beliau hadapi.
Kata ( مجالس) majalis adalah bentuk
jamak dari kata ( مجلس) majlis. Pada mulanya berarti tempat
duduk. Dalam konteks ayat ini adalah tempat Nabi Muhammad SAW. memberi
tuntunan agama ketika itu. Tetapi, yang dimaksud di sini adalah tempat
keberadaan secara mutlak, baik tempat duduk, tempat berdiri, atau bahkan
tempat berbaring. Karena, tujuan perintah atau tuntunan ayat ini adalah memberi
tempat yang wajar serta mengalah kepada orang-orang yang dihormati atau
yang lemah. Seorang tua non-muslim sekalipun jika Anda-wahai yang muda-duduk di
bus atau di kereta, sedang dia tidak mendapat tempat duduk, adalah wajar dan
beradab jika Anda berdiri untuk memberinya tempat duduk.
Ayat diatas tidak menyebut secara
tegas bahwa Allah akan meninggikan derajat orang berilmu. Tetapi,
menegaskan bahwa mereka memiliki derejat-derajat, yakni yang lebih tinggi
daripada yang sekedar beriman. Tidak disebutnya katameninggikan itu sebagai
isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperan besar dalam
ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu
itu.
Tentu saja, yang dimaksud dengan ( الّذين اوتواالعلم) alladzina utu
al-‘ilm/ yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi
diri mereka dengan pengetahuan. Ini berati ayat di atas membagi kaum beriman
kepada dua kelompok besar, yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh dan
yang kedua beriman dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat
kelompok yang kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang
disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain, baik secara
lisan, atau tulisan, maupun dengan keteladanan. Ilmu yang di maksud oleh ayat
di atas bukan saja ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat.[3]
Kata ilmu berasal dari bahasa
Arab ‘Ilmu yang berarti pengetahuan, merupakan lawan
kata jahl yang berarti ketidaktahuan atau kebodohan. Sumber lain
mengatakan bahwa kata ‘ilmu adalah bentuk masdar dari ‘alima,
ya’lamu-‘ilman. Menurut Ibn Zakaria, pengarang buku Mu’jam Maqayis
al-Lughab bahwa kata ‘ilm mempunyai arti denotatif “bekas
sesuatu yang dengannya dapat dibedakan sesuatu dari yang lainnya”. Menurut Ibn
Manzur ilmu adalah antonim dari tidak tahu (naqid al-jahl), sedangkan menurut
al-Asfahani dan al-Anbari, ilmu adalah mengetahui hakikat sesuatu (indrak
al-sya’i bi haqq qatib). Kata ilmu biasa disepadankan dengan kata Arablainnya,
yaitu ma’rifah (pengetahuan), fiqh (pemahaman), hikmah (kebijaksan
aan), dan syu’ur (perasaan). Ma’rifah adalah
padanan kata yang paling sering digunakan.
Ø Ada dua jenis
pengetahuan, yaitu:
·
Pengetahuan biasa
Pengetahuan
biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti perasaan,
pikiran, pengalaman, panca indra, dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa
memperhatikan obyek, cara dan kegunaannya.
·
Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan
ilmiah merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu,
tetapi dengan memperhatikan obyek yang ditelah, cara yang digunakan, dan
kegunan pengetahuan.[4]
وَاللهُ بِمَا
تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ Allah mengetahui segala
perbuatanmu. Tidak ada samar bagi-Nya, siapa yang taat dan siapa yang durhaka
di antara kamu. Orang yang berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan, dan orang
yang berbuat buruk akan dibalas-Nya dengan apa yang pantas baginya, atau
diampuni-Nya.[5]
Ø Dari ayat
tersebut dapat diketahui tiga hal sebagai berikut:
·
Pertama, bahwa para sahabat berupaya ingin saling mendekat
pada saat berada di majelis Rasulullah SAW, dengan tujuan agar ia dapat mudah
mendengar wejangan dari Rasulullah SAW yang diyakini bahwa dalam wejangannya
itu terdapat kebaikan yang amat dalam serta keistimewaan yang agung.
·
Kedua, bahwa perintah untuk saling meluangkan dan meluaskan
tempat ketika berada di majelis, tidak saling berdesakan dan berhimpitan dapat
dilakukan sepanjang dimungkinkan, karena cara damikian dapat menimbulkan keakraban
di antara sesama orang yang berada di dalam majelis dan bersama-sama dapat
mendengar wejangan Rasulullah SAW.
·
Ketiga, bahwa pada setiap orang yang memberikan kemudahan
kepada hamba Allah yang ingin menuju pintu kebaikan dan kedamaian, Allah akan memberikan
keluasan kebaikan di dunia dan akhirat.Singkatnya ayat ini berisi perintah
untuk memberikan kelapangan dalam mendatangkan setiap kebaikan dan memberikan
rasa kebahagiaan kepada setiap orang islam.Atas dasar inilah Rasulullah SAW
menegaskan bahwa Allah akan selalu menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut
selalu meolong sesama saudaranya.
5.
Asbabul Nuzul Surah Al-Mujadalah Ayat [58]: 11
Adapun sebab diturunkan ayat di atas
adalah sebagai berikut:
·
Diriwayatkan bahwa apabila ada orang yang baru datang ke majlis
Rasulullah, para sahabat tidak mau memberikan tempat duduk kepada orang lain.
Kemudian Allah menurunkan ayat tersebut (al-Mujadilah: 11) sebagai perintah
untuk memberikan tempat duduk kepada orang yang baru datang (HR. Ibnu Jarir
dari Qatadah).
·
Dalam riwayat yang lain dikemukakan bahwa ayat tersebut diturunkan
pada hari Jum’at, di saat pahlawan-pahlawan Badar datang ke forum pertemuan
yang penuh sesak. Orang-orang yang hadir lebih awal tidak mau memberikan tempat
duduk kepada mereka,sehingga mereka terpaksa berdiri. Lalu Rasulullah menyuruh
para sahabat yang sedang duduk itu supaya mereka berdiri agar tamu yang baru
datang mendapat tempat duduk. Namun, orang-orang yang diperintah berdiri itu
merasa tersinggung perasaan mereka. Kemudian, Allah menurunkan ayat di atas
(al-Mujadilah: 11) yang memerintahkan kepada mereka untuk memberikan tempat
duduk kepada saudara-saudara mereka sesama mukmin (HR. Ibnu Abi Hatim dari
Muqatil).[6]
C.
TAFSIR SURAH AN-NAHL AYAT [16]: 72
1.
Teks Surah An-Nahl Ayat [16]: 72
ª!$#ur @yèy_ Nä3s9 ô`ÏiB ö/ä3Å¡àÿRr& %[`ºurør& @yèy_ur Nä3s9 ô`ÏiB Nà6Å_ºurør& tûüÏZt/ Zoyxÿymur Nä3s%yuur z`ÏiB ÏM»t6Íh©Ü9$# 4 È@ÏÜ»t6ø9$$Î6sùr& tbqãZÏB÷sã ÏMyJ÷èÏZÎ/ur «!$# öNèd tbrãàÿõ3t ÇÐËÈ
2.
Kosa Kata Surah An-Nahl Ayat [16]: 72
oyxÿymur = cucu-cucu
|
Nä3s9 @yèy_!$#ur = Allah
menjadikan bagi kamu
|
Nä3s%yuur = dan memberimu rezki
|
/ä3Å¡àÿRr& = jenis kamu
|
M»t6Íh©Ü9$# = yang baik-baik
|
%[`ºurør& = isteri-isteri
|
ûüÏZt/ = anak-anak
|
3.
Terjemahan Surah An-Nahl Ayat [16]: 72
Artinya: Allah
menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu
rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil
dan mengingkari nikmat Allah ?"
4.
Tafsir Surah An-Nahl Ayat [16]: 72
Pada ayat ini Allah SWT. memerintahkan kepada Rasulullah saw. agar menjawab
tantangan orang-orang munafik yang senang di kala beliau dan sahabat-sahabatnya
ditimpa kesulitan dan bencana serta merasa sesak dada di kala beliau dan
sahabat-sahabatnya memperoleh nikmat dengan ucapan: "Apa yang menimpa diri
kami dan apa yang kami peroleh dan kami alami adalah hal-hal yang telah diatur
dan ditetapkan oleh Allah SWT., yaitu hal-hal yang telah tercatat di Luhmahfuz
sesuai dengan sunah-Nya yang berlaku pada hamba-Nya, baik kenikmatan kemenangan
maupun bencana kekalahan. Segala sesuatunya terjadi sesuai dengan kada dan
kadar dari Allah SWT. dan bukanlah menurut kemauan dan kehendak manusia mana
pun. Allah SWT. pelindung kami satu-satunya, dan kepada Dialah kami bertawakal
dan berserah diri. Dengan demikian kami tidak pernah merasa putus asa di kala
ditimpa sesuatu yang tidak menggembirakan dan tidak merasa sombong dan angkuh
di kala memperoleh nikmat dan hal-hal yang menjadi cita-cita dan idaman."
Firman Allah SWT.:
çmø%ãötur ô`ÏB ß]øym w Ü=Å¡tFøts 4 `tBur ö@©.uqtGt n?tã «!$# uqßgsù ÿ¼çmç7ó¡ym 4 ¨bÎ) ©!$# à÷Î=»t/ ¾ÍnÌøBr& 4 ôs% @yèy_ ª!$# Èe@ä3Ï9 &äóÓx« #Yôs% ÇÌÈ
Artinya: Dan memberinya
rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang
bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya; sesungguhnya
Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Q.S. Ath -Thalaq: 3).
Dan firman Allah:
óOn=sùr& (#rçÅ¡o Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàYusù y#øx. tb%x. èpt7É)»tã tûïÏ%©!$# `ÏB óOÎgÏ=ö7s% 4 t¨By ª!$# öNÍkön=tã ( z`ÌÏÿ»s3ù=Ï9ur $ygè=»sVøBr& ÇÊÉÈ y7Ï9ºs ¨br'Î/ ©!$# n<öqtB tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ¨br&ur tûïÍÏÿ»s3ø9$# w 4n<öqtB öNçlm; ÇÊÊÈ
Artinya: Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum
mereka, Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir
akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. Yang demikian itu karena
sesungguhnya Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman dan karena
sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung. (Q.S. Muhammad:
10-11)
D.
Munasabah Al-Ayat Bi Al-Ayat
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& w cqßJn=÷ès? $\«øx© @yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 crãä3ô±s? ÇÐÑÈ
Artinya : Dan
Allah telah mengeluarkanmu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu, dan Allah menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan, dan hati agar
kamu dapat mensyukuri nikmat (al-Nahl/16: 78).
Ayat di atas menjelaskan tentang
potensi atau kapasitas dasar yang diberikan Allah keapada manusia berupa alat
yang dapat digunakan untuk mendapatkan ilmu. Allah mengingatkan manusia bahwa
Dia telah menghadirkan manusia ke dunia ini dan ketika manusia dilahirkan dari
rahim ibunya, manusia tidak mengetahui apa pun. Dengan kata lain, manusia sama
sekali tidak mempunyai ilmu ketika baru dilahirkan. Maka dengan diberikan
pendengaran, penglihatan, dan hati kemudian manusia dapat mengetahui sesuatu
yang ada di sekitarnya. Pendengaran merupakan gerbang ilmu yang paling utama
bagi manusia. Dengan banyak mendengar manusia memperoleh ilmu.
Demikian pula dengan melihat
sesuatu, melalui visual manusia dapat menangkap fenomena di jagat raya dan akan
menjadi ilmu. Allah juga memberikan hati kepada manusia, dengan hati manusia
dapat merasa dan fungsi hati adalah sebagai filter (penyaring) mana
ilmu yang benar dan yang salah. Oleh sebab itu, tidak semua yang didengar dan
dilihat sesuai dengan kata hati. Dengan adanya tiga potensi itu diharapkan
manusia semakin menjadi hamba Allah yang bersyukur. Jadi, tujuan ilmu adalah
untuk mensyukuri nikmat Allah.
wur ß#ø)s? $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# u|Çt7ø9$#ur y#xsàÿø9$#ur @ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB ÇÌÏÈ
Artinya : Dan
janganlah kamu mengikuti suatu pendapat yang kamu sendiri tidak ada ilmu
tentang itu, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan
diminta pertanggungjawabannya (al-Isra’/17: 36).
Ayat 72 surat al-Nahl di atas
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ayat 36 surat al-Isra’, yaitu
sama-sama menegaskan tentang pentingnya pendengaran, penglihatan, dan hati.
Karena manusia diberikan tiga kapasitas sebagai gerbang ilmu, maka manusia
tidak boleh mengikuti suatu pendapat, ajaran, mazhab, pemikiran, atau aliran
jika tanpa mempelajarinya terlebih dahulu tingkat keabsahan dan kebenarannya.
Ayat ini merupakan larangan bertaqlid
(mengikuti suatu paham tanpa mengetahui dalilnya) kepada orang lain. Karena
itu, manusia terutama orang beriman diwajibkan belajar agar mendapatkan ilmu
yang benar, tanpa harus mengikuti paham atau pendapat orang lain. Ayat ini juga
menyatakan bahwa pendengaran, penglihatan dan hati akan diminta
pertanggungjawabannya di akhirat nanti. Setiap orang tidak bisa bebas dari
tanggung jawab ini karena Allah sudah memberikan alat yang paling penting bagi
manusia untuk mengetahui mana yang benar dan yang salah.
Kebenaran (al-haqq) wajib diikuti, sedangkan
kesalahan (al-bathil) harus dihindari.
u|³÷èyJ»t Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù 4 w cräàÿZs? wÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0 ÇÌÌÈ
Artinya : Wahai
jamaah jin dan manusia, jika kamu mampu menerobos seluruh penjuru langit dan
bumi, maka teroboslah, kamu tidak dapat menerobosnya kecuali dengan sulthan (al-Rahman/55:
33).
Ayat ini merupakan teguran dan
sekaligus tantangan yang ditujukan kepada kelompok jin dan manusia agar mereka
membekali diri dengan sulthan. Kata sulthan dalam ayat ini
adalah al-quwwah (kekuatan). Dalam konteks sekarang
kata sulthan dapat diterjemahkan sebagai sains dan teknologi. Allah
menjamin bahwa jika jin dan manusia sudah memiliki sulthan yang
optimal, maka mereka dapat menjelajah seluruh penjuru langit dan bumi walau
sangat susah dan berat. Karena itu, dengan ilmu dan teknologi itu manusia dapat
melakukan sesuatu yang sulit menjadi lebih mudah. Secara faktual dapat kita
saksikan zaman kini di mana manusia sudah meraih teknologi tinggi (high
technology) dan manusia pun sudah mampu merubah wajah dunia.
Dengan menggunakan teknologi canggih,
segalanya menjadi serba nudah dan cepat; sesuatu yang pada zaman dulu tidak
mungkin, sekarang menjadi mungkin sebagai akibat dari kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi (telepon, televisi, komputer, internet, dan
sebagainya); bahkan tempat yang jauh menjadi dekat. Bagi kita umat Islam wajib
mensyukuri nikmat Allah yang sangat agung berupa ilmu dan teknologi yang
bersumber dari al-Qur’an. Sebab itulah al-Qur’an diturunkan melampaui zamannya,
di mana tingkat ilmu dan teknologi pada saat al-Qur’an diturunkan masih tertinggal
jauh dibandingkan dengan zaman modern sekarang ini. Ini menandakan bahwa
semakin tinggi ilmu dan teknologi manusia, akan semakin mudah memahami makna
atau isyarat yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari uraian ayat-ayat di atas, dapat
ditarik kesimpulan diantaranya:
1.
Allah akan lebih meninggikan derajat orang-orang yang beriman serta
berilmu pengetahuan, dibandingkan dengan orang-orang yang hanya sekedar beriman
saja.
2.
Ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan biasa dan pengetahuan
ilmiah.
3.
Ulama’ adalah orang yang mempunyai ilmu pengetahuan yang luas dalam
bidang apa saja.
4.
Sumber ilmu pada garis besarnya ada dua, yaitu:
a)
Ilmu yang bersumber pada wahyu (al-Qur’an) yang menghasilkan ilmu
naqli.
b)
Ilmu yang bersumber pada alam melalui penalaran yang menghasilkan
ilmu aqli.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Wahidi, Muhammad.
Asbab al-Nuzul, Beirut: Dar al-kitab al-‘Ilmiyyah, 2006.
Ahmad Musthafa
Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy, juz XXVIII, semarang: CV Toha
Putra, 1989.
Dahlan, H.
Zaini. Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid IX. Dana Bhakti Wakaf. t.t.
Nata, Abuddin.
Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafido Persada,
2002.
Shihab, M.
Quraish. Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
No comments:
Post a Comment