Sunday, December 28, 2014

MODEL PERENCANAAN PENGAJARAN

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Komponen Model Rancangan Sistem

a.      Tujuan

Tujuan adalah apa yang dapat dilaksanakan siswa setelah mengikuti pelajaran. Tujuan pengajaran dapat dijabarkan dari rumusan tujuan umum, dari penilaian kebutuhan berkenaan dengan kurikulum, masalah kesulitan belajar siswa berdasarkan pengalaman, dari analisa jabatan yang dipangku, atau dari ketentuan-ketentuan lain bagi pelajaran yang baru.

b.      Ciri Siswa, Tingkah Laku Masuk

Perlu diketahui keterampilan yang telah dikenal siswa, pengetahuan yang telah dikuasai dan langkah prosedur yang harus dimasukkan dalam pengajaran sebelum siswa memulai dengan pelajaran yang diberikan.
Pengenalan akan berbagai cir siswa, khususnya berkenaan dengan sifatnya yang unik serta berkembang secara dinamis. Pemahaman akan berbagai sifat mental siswa yang meliputi kemampuan, minat dan sikap, serta keperibadian termasuk keterkaitan diatara berbagai sifat tersebut, dalam arti individu.

c.       Analisis Pengajaran

Kurikulum akan mencakup seperangkat mata pelajaran, program pengalaman lapangan dan program belajar lain. Mengenal unsur pokok dalam kurikulum serta pemahaman tentang langkah pokok yang perlu ditempuh dalam pengembangannya. Pengenalan akan ranah tujuan pendidikan, kognitif-afektif-psikomotor, ciri masing-masing ranah dan keterkaitan antara ketiganya.


d.      Tujuan Instruksional Khusus, Tujuan Performalisi, sasaran Belajaran

Setelah analisis pengajaran dilakukan dan ciri siswa ditetapkan barulah dirumuskan tujuan instruksional khusus, yakni pernyataan khas tentang apa yang akan dilakukan siswa setelah menyelasaikan pelajaran. Pernyataan tersebut perlu menyebutkan keterampilan yang harus dikuasai, kondisi perbuatan yang menunjukkan keterampilan itu, dan kriteria perbuatan yang dinyatakan berhasil.

e.       Mengembangkan Siasat Pengajaran

Pekerjaan didasarkan hasil penelitian terbaru tentang belajar, pengetahuan terbaru tentang proses belajar, isi bahan yang harus diajarkan, ciri siswa yang akan menggunakan. Semua ini dipilih untuk mengembangkan siasat pengajaran kelas yang interaktif.

f.       Media dan Sarana Penunjang Lainnya

Pemilihan media dan sarana penunjang lainnya yang tetap dapat mendorong keberhasilan siasat pengajaran perlu ditentukan. Mana media dan sarana penunjang yang cocok dengan pokok bahasan dan siswa yang belajar.

g.      Mengembangkan dan Memilih Materi Pengajaran

Biasanya diperlukan buku kerja bagi siswa, buku ajar, materi pengajaran, bahan ujian, dan buku pegangan guru. Pilihan materi yang tepat dan sumber pengajaran yang ada.
h.      Merancang Prauji

Menyusun prauji untuk diberikan sebelum pelajaran dimulai. Dengan menerapkan pendekatan prauji-pascauji guru dapat mengetahui kekurangan belajar siswa dan kekurangan cara mengajar guru.


i.        Penilaian

Setelah pengajaran disusun, penilaian dirancang untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk penyempurnaan pengajaran. Penilaian mencakup hasil belajar dan penilaian terhadap materi yang diajarkan.

j.        Revisi Pengajaran

Langkah terakhir dalam pengajaran dan langkah pertama dalam daur ulang ialah memperbaiki atau merevisi pengajaran. Data yang diperoleh dalam penilaian formatif dapat digunakan untuk merevisi bagian (komponen) pengajaran, untuk mengkaji kembali keshahihan analisis pengajaran yang dilakukan, dan asumsi tentang ciri siswa.[1]

B.     Macam-macam Model Perencanaan Pengajaran

1.      Perencanaan Pengajaran Sistematis

Suatu model penggunaan pendekatan sistem dalam rangka mengembangkan course design, adalah sebagai berikut.
1)      Identifikasi tugas-tugas
Kegiatan merancang suatu program harus dimulai dari identifikasi tugas-tugas yang menjadi tuntutan suatu pekerjaan. Karena itu perlu dibuat suatu job description secara cermat dan lengkap.
2)      Analisis tugas
Tugas-tugas yang telah ditetapkan secara dimensional dijabarkan menjadi seperangkat tugas yang lebih terperinci. Setiap dimensi tugas dijabarkan sedemikian rupa yang mencerminkan segala sesuatu yang harus dikerjakan oleh lulusan.


3)      Penetapan Kemampuan
Setiap kemampuan hendaknya didasarkan pada kriteria kognitif afektif dan performance, serta produk dan eksploratoris.
4)      Spesifikasi Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap
Hal-hal tersebut ditampilkan sebagai kriteria kognitif afektif dan performance (perbuatan). Setiap kemampuan yang perlu dimiliki, dirinci menjadi pengetahuan apa, sikap-sikap apa, dan keterampilan apa yang perlu dimiliki oleh setiap lulusan.
5)      Identifikasi Kebetuhan Pendidikan dan Latihan
Langkah ini merupakan analisis kebutuhan pendidikan dan latihan, artinya jenis-jenis pendidikan atau latihan-latihan yang sewajarnya disediakan dalam rangka mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah ditetapkan, seperti kegiatan belajar teoritik dan praktik atau lapangan.
6)      Perumusan Tujuan
Tujuan-tujuan program atau tujuan pendidikan ini masih bersifat umum, sebagai tujuan kurikuler dan tujuan instruksional umum (TIU). Tujuan-tujuan yang dirumuskan harus koherer dengan kemampuan-kemampuan yang hendak dikembangkan.
7)      Kriteria Keberhasilan Program
Kriteria ini sebagai indikator keberhasilan suatu program. Keberhasilan itu ditandai oleh ketercapaian tujuan-tujuan atau kemampuan yang diharapkan. Tujuan-tujuan program dianggap tercapai jika lulusan dapat menunjukkan kemampuan melaksakan tugas yang telah ditentukan.
8)      Organisasi Sumber-Sumber Belajar
Langkah ini menekankan pada materi pelajaran yang akan disampaikan sehubungan dengan pencapaian tujuan kemampuan yang telah ditentukan.
9)      Pemilihan Strategi Pengajaran
Strategi pengajaran terpadu dapat menunjang keberhasilan program pengajaran ini disamping strategi pengajaran remedial.
10)  Uji Lapangan Program
Melalui uji coba secara sistematik dapat dinilai hingga kemungkinan keberhasilan, jenis kesulitan yang pada gilirannya memberikan informasi balikan untuk perbaikan program.
11)  Pengukuran Reliabilitas Program
Berdasarkan pengukuran itu dapat dicek sejauh mana efektifitas program, validitas dan reliabilitas alat ukur, dan efektifitas sistem intruksional. Informasi pengukuran dapat dijadikan umpan balik untuk perbaikan dan penyesuaian program.
12)  Perbaikan dan Penyesuaian Program
Perbaikan dan adaptasi program barangkali diperlukan guna menjamin konsistensi koherensi, dan monitoring sistem, dan selanjutnya memberikan umpan balik kepada organisasi sumber-sumber, strategi pengajaran, dan motivasi belajar.
13)  Pelaksanaan Program
Langkah ini didasari oleh suatu asumsi, bahwa rancangan program yang telah di desain secara cermat dan telah mengalami uji coba serta  perbaikan dapat diduplikasikan dan dilaksanakan dalam sampel yang lebih luas.
14)  Monitoring Program
Sepanjang pelaksanaan program perlu diadakan monitoring secara terus dan berkala untuk menghimpun informasi tentang pelaksanaan program.[2]

2.      Perencanaan Pengajaran Model Davis

Teknik merancang sistem belajar berlangsung dalam tahap-tahap sebagai berikut.
1.      Menetapkan status sistem pengajaran.
2.      Merumuskan tujuan-tujuan pengajaran.
3.      Merencanakan dan melaksanakan evaluasi.
4.      Mendeskripsikan dan mengkaji tugas.
5.      Melaksanakan prinsip-prinsip belajar.

a.      Penetapan Status Sistem Pengajaran

Tahap ini dimulai dengan memikirkan daerah pelajaran apa yang telah diberikan. Untuk itu perlu koordinasi antara semua guru yang berada dan bertanggung jawab dalam daerah pelajaran tersebut, dan dengan sendirinya membutuhkan waktu dan usaha tertentu. Usaha perangcangan suatu desain pelajarn banyak hal yang harus dipertanyakan lebih dahulu, misalnya berapa banyak siswa yang mempelajarinya, bagaimana latar belakang mereka, dalam hal apa mereka berbeda dan dalam hal apa mereka memiliki kesamaan, berapa banyak hal yang harus diajarkan, apa kekuatan dan kelemahan pelajaran tersebut, bagaimana pelaksanaan pelajaran yang telah ada itu, dan masalah-masalah apa yang sedang dihadapi.

b.      Perumusan Tujuan Pengajaran

Pemilihan dan peremusan tujuan pada hakikatnya adalah suatu proses membuat keputusan. Berdasarkan informasi tentang apa yang ingin diketahui oleh siswa, apa yang mereka butuhkan, bahan pelajaran apa yang ingin diajarkan, dan berbagai informasi penting lainnya, maka guru menetapkan perangkat tujuan yang hendak dicapai para siswa.

c.       Perencanaan dan Pelaksanaan Evaluasi

Berdasarkan asumsi, bahwa setiap guru merumuska perangkat tujuan mengajar yang berarti akan memberikan pelajaran baru. Jika guru telah merumuskan tujuan belajar bagi siswanya, maka sesungguhnya guru telah mengetahui hal-hal apa yang perlu dikerjakan atau diperbuat oleh siswanya. Karena itu, setiap perumusan tujuan senantiasa harus disertai dengan perencanaan evaluasi instruksional.

d.      Pendeskripsian dan Pengkajian Tugas

Suatu deskripsi tugas atau seperangkat tujuan selanjutnya di analisi menjadi jenis-jenis belajar yang perlu dilakukan. Suatu tugas di analisis menjadi sejumlah kegiatan belajar. Untuk melakukan suatu tugas yan telah dideskripsikan, diperlukan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan tertentu, yang dikembangkan dalam analisis tugas. Hal ini harus di ajarkan kepada siswa. Jenis-jenis belajar demikian perlu sekali dianalisis, oleh sebab erat pertaliannya dengan prosedur instruksional.

e.       Pelaksanaan Prinsip Belajar

Dengan mempelajari prinsip-prinsip belajar maka guru dapat membantu para siswa belajar, dengan jalan menyediakan kondisi-kondisi yang diperlukan melalui pelajaran yang diberikannya. Prinsip-prinsip belajar sebenarnya merupakan seperangkat kriteria yang digunakan untuk memilih prosedur instruksional yang efektif, dan juga dapat digunkan untuk memecahkan berbagi masalah metode mengajar.[3]

3.      Model DSI-PK

Model Desain Sistem Instruksional Berorientasi Pencapaian Kompetensi (DSI-PK) adalah gambaran proses rancangan sistematis tentang pengembangan pembelajaran baik mengenai proses maupun bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pencapaian kompetensi.
Prosedur pengembangan DSI-PK terdiri dari tiga bagian penting. Pertama analisis kebutuhan, yakni proses penjaringan informasi tentang kompetensi yang dibutuhkan anak didik sesuai dengan jenjang pendidikan. Dalam proses analisis meliputi dua hal pokok yakni analisis kebutuhan akademis dan kebutuhan non akademis. Kebutuhan akademis adalah kebutuhan sesuai dengan tuntutan kurikulum yang tergambarkan dalam setiap bidang studi atau mata pelajaran; sedangkan kebutuhan non akademis adalah kebutuhan diluar kurikulum baik vokasional.  Kebutuhan ini dijaring dengan berbagai tekhnik dari lapangan, misalnya dengan wawancara, observasi, dan mungkin studi dokumentasi. Berdasarkan studi pendahuluan, selanjutnya ditentukan topik atau tema pelajaran. Tema atau topik pembelajaran bisa ditentukan berdasarkan kebutuhan akademis, kebutuhan non akademis atau mungkin gabungan keduanya.
Kedua,adalah pengembangan, yakni proses mengorganisasikan materi pelajaran dan pengembangan proses pembelajaran. Materi pembelajaran disusun sesuai dengan kompetensi yang diharapkan, baik menyangkut data, fakta, konsep, prinsip, atau mungkin keterampilan. Sedangkan proses, menunjukkan bagaimana seharusnya siswa mengalami kegiatan pembelajaran.
Ketiga, adalah pengembangan alat evaluasi, yang memiliki dua fungsi utama, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatife. Evaluasi formatife dilakukan untuk melihat sejauh mana efektivitas program yang telah disusun oleh guru, oleh sebab itu hasil evaluasi formatife dimanfaatkan untuk perbaikan program pembelajaran. Evaluasi sumatife digunakan untuk memperoleh informasi keberhasilan siswa mencapai kompetensi, oleh sebab itu fungsinya sebagai bahan akuntabilitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran.[4]
Model desain sistem instruksional (DSI-PK) memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.       Model DSI-PK adalah model desain yang sederhana dengan tahapan yang jelas dan bersifat praktis.
b.      Model desain secara jelas menggambarkan langkah-langkah yang harus ditempuh.
c.       Model desain merupakan pengembangan dari analisis kebutuhan.
d.      Model desain ditekankan kepada penguasaan kompetensi sebagai hasil belajar yang dapat diukur.[5]




BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Perencanaan Pengajaran Model Davis berlangsung dalam tahap-tahap sebagai berikut; menetapkan status sistem pengajaran; merumuskan tujuan-tujuan pengajaran; merencanakan dan melaksanakan evaluasi dan mendeskripsikan dan mengkaji tugas.Melaksanakan prinsip-prinsip belajar.
Model Desain Sistem Instruksional Berorientasi Pencapaian Kompetensi (DSI-PK) adalah gambaran proses rancangan sistematis tentang pengembangan pembelajaran baik mengenai proses maupun bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pencapaian kompetensi. Model desain sistem instruksional (DSI-PK) memiliki karakteristik sebagai berikut: jelas dan bersifat praktis; secara jelas menggambarkan langkah-langkah yang harus ditempuh; merupakan pengembangan dari analisis kebutuhan dan ditekankan kepada penguasaan kompetensi sebagai hasil belajar yang dapat diukur.



DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta, Kencana Prenada Media, 2013.
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, jakarta, Bumi Aksara, 2005.
Sastrawijaya, A. Tresna. Pengembangan Program Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 1991.



[1] A. Tresna Sastrawijaya, Pengembangan Program Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 125-129
[2] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 62-64.
[3] Ibid 66-72
[4] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2013), hlm. 85-87
[5] Ibid, hlm. 88

No comments: