BAB II
PEMBAHASAN
A.
Komponen Model Rancangan Sistem
a.
Tujuan
Tujuan adalah apa yang dapat dilaksanakan siswa setelah mengikuti
pelajaran. Tujuan pengajaran dapat dijabarkan dari rumusan tujuan umum, dari
penilaian kebutuhan berkenaan dengan kurikulum, masalah kesulitan belajar siswa
berdasarkan pengalaman, dari analisa jabatan yang dipangku, atau dari
ketentuan-ketentuan lain bagi pelajaran yang baru.
b.
Ciri Siswa, Tingkah Laku Masuk
Perlu diketahui keterampilan yang telah dikenal siswa, pengetahuan
yang telah dikuasai dan langkah prosedur yang harus dimasukkan dalam pengajaran
sebelum siswa memulai dengan pelajaran yang diberikan.
Pengenalan akan berbagai cir siswa, khususnya berkenaan dengan
sifatnya yang unik serta berkembang secara dinamis. Pemahaman akan berbagai
sifat mental siswa yang meliputi kemampuan, minat dan sikap, serta keperibadian
termasuk keterkaitan diatara berbagai sifat tersebut, dalam arti individu.
c.
Analisis Pengajaran
Kurikulum akan mencakup seperangkat mata pelajaran, program
pengalaman lapangan dan program belajar lain. Mengenal unsur pokok dalam
kurikulum serta pemahaman tentang langkah pokok yang perlu ditempuh dalam
pengembangannya. Pengenalan akan ranah tujuan pendidikan,
kognitif-afektif-psikomotor, ciri masing-masing ranah dan keterkaitan antara
ketiganya.
d.
Tujuan Instruksional Khusus, Tujuan Performalisi, sasaran Belajaran
Setelah analisis pengajaran dilakukan dan ciri siswa ditetapkan
barulah dirumuskan tujuan instruksional khusus, yakni pernyataan khas tentang
apa yang akan dilakukan siswa setelah menyelasaikan pelajaran. Pernyataan
tersebut perlu menyebutkan keterampilan yang harus dikuasai, kondisi perbuatan
yang menunjukkan keterampilan itu, dan kriteria perbuatan yang dinyatakan
berhasil.
e.
Mengembangkan Siasat Pengajaran
Pekerjaan didasarkan hasil penelitian terbaru tentang belajar,
pengetahuan terbaru tentang proses belajar, isi bahan yang harus diajarkan,
ciri siswa yang akan menggunakan. Semua ini dipilih untuk mengembangkan siasat
pengajaran kelas yang interaktif.
f.
Media dan Sarana Penunjang Lainnya
Pemilihan media dan sarana penunjang lainnya yang tetap dapat
mendorong keberhasilan siasat pengajaran perlu ditentukan. Mana media dan
sarana penunjang yang cocok dengan pokok bahasan dan siswa yang belajar.
g.
Mengembangkan dan Memilih Materi Pengajaran
Biasanya diperlukan buku kerja bagi siswa, buku ajar, materi
pengajaran, bahan ujian, dan buku pegangan guru. Pilihan materi yang tepat dan
sumber pengajaran yang ada.
h.
Merancang Prauji
Menyusun prauji untuk diberikan sebelum pelajaran dimulai. Dengan
menerapkan pendekatan prauji-pascauji guru dapat mengetahui kekurangan belajar
siswa dan kekurangan cara mengajar guru.
i.
Penilaian
Setelah pengajaran disusun, penilaian dirancang untuk mengumpulkan
data yang digunakan untuk penyempurnaan pengajaran. Penilaian mencakup hasil
belajar dan penilaian terhadap materi yang diajarkan.
j.
Revisi Pengajaran
Langkah terakhir dalam pengajaran dan langkah pertama dalam daur
ulang ialah memperbaiki atau merevisi pengajaran. Data yang diperoleh dalam
penilaian formatif dapat digunakan untuk merevisi bagian (komponen) pengajaran,
untuk mengkaji kembali keshahihan analisis pengajaran yang dilakukan, dan
asumsi tentang ciri siswa.[1]
B.
Macam-macam Model Perencanaan Pengajaran
1.
Perencanaan Pengajaran Sistematis
Suatu model penggunaan pendekatan sistem dalam rangka mengembangkan
course design, adalah sebagai berikut.
1)
Identifikasi
tugas-tugas
Kegiatan merancang suatu program harus dimulai dari identifikasi
tugas-tugas yang menjadi tuntutan suatu pekerjaan. Karena itu perlu dibuat
suatu job description secara cermat dan lengkap.
2)
Analisis
tugas
Tugas-tugas yang telah ditetapkan secara dimensional dijabarkan
menjadi seperangkat tugas yang lebih terperinci. Setiap dimensi tugas
dijabarkan sedemikian rupa yang mencerminkan segala sesuatu yang harus
dikerjakan oleh lulusan.
3)
Penetapan
Kemampuan
Setiap kemampuan hendaknya didasarkan pada kriteria kognitif
afektif dan performance, serta produk dan eksploratoris.
4)
Spesifikasi
Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap
Hal-hal tersebut ditampilkan sebagai kriteria kognitif afektif dan
performance (perbuatan). Setiap kemampuan yang perlu dimiliki, dirinci menjadi
pengetahuan apa, sikap-sikap apa, dan keterampilan apa yang perlu dimiliki oleh
setiap lulusan.
5)
Identifikasi
Kebetuhan Pendidikan dan Latihan
Langkah ini merupakan analisis kebutuhan pendidikan dan latihan,
artinya jenis-jenis pendidikan atau latihan-latihan yang sewajarnya disediakan
dalam rangka mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah ditetapkan, seperti
kegiatan belajar teoritik dan praktik atau lapangan.
6)
Perumusan
Tujuan
Tujuan-tujuan program atau tujuan pendidikan ini masih bersifat
umum, sebagai tujuan kurikuler dan tujuan instruksional umum (TIU).
Tujuan-tujuan yang dirumuskan harus koherer dengan kemampuan-kemampuan yang
hendak dikembangkan.
7)
Kriteria
Keberhasilan Program
Kriteria ini sebagai indikator keberhasilan suatu program. Keberhasilan
itu ditandai oleh ketercapaian tujuan-tujuan atau kemampuan yang diharapkan.
Tujuan-tujuan program dianggap tercapai jika lulusan dapat menunjukkan
kemampuan melaksakan tugas yang telah ditentukan.
8)
Organisasi
Sumber-Sumber Belajar
Langkah ini menekankan pada materi pelajaran yang akan disampaikan
sehubungan dengan pencapaian tujuan kemampuan yang telah ditentukan.
9)
Pemilihan
Strategi Pengajaran
Strategi pengajaran terpadu dapat menunjang keberhasilan program
pengajaran ini disamping strategi pengajaran remedial.
10)
Uji
Lapangan Program
Melalui uji coba secara sistematik dapat dinilai hingga kemungkinan
keberhasilan, jenis kesulitan yang pada gilirannya memberikan informasi balikan
untuk perbaikan program.
11)
Pengukuran
Reliabilitas Program
Berdasarkan pengukuran itu dapat dicek sejauh mana efektifitas
program, validitas dan reliabilitas alat ukur, dan efektifitas sistem
intruksional. Informasi pengukuran dapat dijadikan umpan balik untuk perbaikan
dan penyesuaian program.
12)
Perbaikan
dan Penyesuaian Program
Perbaikan dan adaptasi program barangkali diperlukan guna menjamin
konsistensi koherensi, dan monitoring sistem, dan selanjutnya memberikan umpan
balik kepada organisasi sumber-sumber, strategi pengajaran, dan motivasi
belajar.
13)
Pelaksanaan
Program
Langkah ini didasari oleh suatu asumsi, bahwa rancangan program
yang telah di desain secara cermat dan telah mengalami uji coba serta perbaikan dapat diduplikasikan dan
dilaksanakan dalam sampel yang lebih luas.
14)
Monitoring
Program
Sepanjang pelaksanaan program perlu diadakan monitoring secara
terus dan berkala untuk menghimpun informasi tentang pelaksanaan program.[2]
2.
Perencanaan Pengajaran Model Davis
Teknik merancang sistem belajar berlangsung dalam tahap-tahap
sebagai berikut.
1.
Menetapkan
status sistem pengajaran.
2.
Merumuskan
tujuan-tujuan pengajaran.
3.
Merencanakan
dan melaksanakan evaluasi.
4.
Mendeskripsikan
dan mengkaji tugas.
5.
Melaksanakan
prinsip-prinsip belajar.
a.
Penetapan Status Sistem Pengajaran
Tahap ini dimulai dengan memikirkan daerah pelajaran apa yang telah
diberikan. Untuk itu perlu koordinasi antara semua guru yang berada dan
bertanggung jawab dalam daerah pelajaran tersebut, dan dengan sendirinya
membutuhkan waktu dan usaha tertentu. Usaha perangcangan suatu desain pelajarn
banyak hal yang harus dipertanyakan lebih dahulu, misalnya berapa banyak siswa
yang mempelajarinya, bagaimana latar belakang mereka, dalam hal apa mereka
berbeda dan dalam hal apa mereka memiliki kesamaan, berapa banyak hal yang
harus diajarkan, apa kekuatan dan kelemahan pelajaran tersebut, bagaimana
pelaksanaan pelajaran yang telah ada itu, dan masalah-masalah apa yang sedang
dihadapi.
b.
Perumusan Tujuan Pengajaran
Pemilihan dan peremusan tujuan pada hakikatnya adalah suatu proses
membuat keputusan. Berdasarkan informasi tentang apa yang ingin diketahui oleh
siswa, apa yang mereka butuhkan, bahan pelajaran apa yang ingin diajarkan, dan
berbagai informasi penting lainnya, maka guru menetapkan perangkat tujuan yang
hendak dicapai para siswa.
c.
Perencanaan dan Pelaksanaan Evaluasi
Berdasarkan asumsi, bahwa setiap guru merumuska perangkat tujuan
mengajar yang berarti akan memberikan pelajaran baru. Jika guru telah merumuskan
tujuan belajar bagi siswanya, maka sesungguhnya guru telah mengetahui hal-hal
apa yang perlu dikerjakan atau diperbuat oleh siswanya. Karena itu, setiap
perumusan tujuan senantiasa harus disertai dengan perencanaan evaluasi
instruksional.
d.
Pendeskripsian dan Pengkajian Tugas
Suatu deskripsi tugas atau seperangkat tujuan selanjutnya di
analisi menjadi jenis-jenis belajar yang perlu dilakukan. Suatu tugas di
analisis menjadi sejumlah kegiatan belajar. Untuk melakukan suatu tugas yan
telah dideskripsikan, diperlukan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan
tertentu, yang dikembangkan dalam analisis tugas. Hal ini harus di ajarkan
kepada siswa. Jenis-jenis belajar demikian perlu sekali dianalisis, oleh sebab
erat pertaliannya dengan prosedur instruksional.
e.
Pelaksanaan Prinsip Belajar
Dengan mempelajari prinsip-prinsip belajar maka guru dapat membantu
para siswa belajar, dengan jalan menyediakan kondisi-kondisi yang diperlukan
melalui pelajaran yang diberikannya. Prinsip-prinsip belajar sebenarnya
merupakan seperangkat kriteria yang digunakan untuk memilih prosedur
instruksional yang efektif, dan juga dapat digunkan untuk memecahkan berbagi
masalah metode mengajar.[3]
3.
Model DSI-PK
Model Desain Sistem Instruksional Berorientasi Pencapaian
Kompetensi (DSI-PK) adalah gambaran proses rancangan sistematis tentang
pengembangan pembelajaran baik mengenai proses maupun bahan pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pencapaian kompetensi.
Prosedur pengembangan DSI-PK terdiri dari tiga bagian penting. Pertama
analisis kebutuhan, yakni proses penjaringan informasi tentang kompetensi yang
dibutuhkan anak didik sesuai dengan jenjang pendidikan. Dalam proses analisis
meliputi dua hal pokok yakni analisis kebutuhan akademis dan kebutuhan non
akademis. Kebutuhan akademis adalah kebutuhan sesuai dengan tuntutan kurikulum
yang tergambarkan dalam setiap bidang studi atau mata pelajaran; sedangkan
kebutuhan non akademis adalah kebutuhan diluar kurikulum baik vokasional. Kebutuhan ini dijaring dengan berbagai
tekhnik dari lapangan, misalnya dengan wawancara, observasi, dan mungkin studi
dokumentasi. Berdasarkan studi pendahuluan, selanjutnya ditentukan topik atau
tema pelajaran. Tema atau topik pembelajaran bisa ditentukan berdasarkan
kebutuhan akademis, kebutuhan non akademis atau mungkin gabungan keduanya.
Kedua,adalah
pengembangan, yakni proses mengorganisasikan materi pelajaran dan pengembangan
proses pembelajaran. Materi pembelajaran disusun sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan, baik menyangkut data, fakta, konsep, prinsip, atau mungkin
keterampilan. Sedangkan proses, menunjukkan bagaimana seharusnya siswa
mengalami kegiatan pembelajaran.
Ketiga, adalah pengembangan alat evaluasi, yang memiliki dua fungsi utama,
yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatife. Evaluasi formatife dilakukan
untuk melihat sejauh mana efektivitas program yang telah disusun oleh guru,
oleh sebab itu hasil evaluasi formatife dimanfaatkan untuk perbaikan program
pembelajaran. Evaluasi sumatife digunakan untuk memperoleh informasi keberhasilan
siswa mencapai kompetensi, oleh sebab itu fungsinya sebagai bahan akuntabilitas
guru dalam pelaksanaan pembelajaran.[4]
Model desain sistem instruksional (DSI-PK) memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a.
Model
DSI-PK adalah model desain yang sederhana dengan tahapan yang jelas dan
bersifat praktis.
b.
Model
desain secara jelas menggambarkan langkah-langkah yang harus ditempuh.
c.
Model
desain merupakan pengembangan dari analisis kebutuhan.
d.
Model
desain ditekankan kepada penguasaan kompetensi sebagai hasil belajar yang dapat
diukur.[5]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Perencanaan Pengajaran Model Davis berlangsung dalam tahap-tahap
sebagai berikut; menetapkan status sistem pengajaran; merumuskan tujuan-tujuan
pengajaran; merencanakan dan melaksanakan evaluasi dan mendeskripsikan dan
mengkaji tugas.Melaksanakan prinsip-prinsip belajar.
Model Desain Sistem Instruksional Berorientasi Pencapaian
Kompetensi (DSI-PK) adalah gambaran proses rancangan sistematis tentang
pengembangan pembelajaran baik mengenai proses maupun bahan pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pencapaian kompetensi. Model desain sistem
instruksional (DSI-PK) memiliki karakteristik sebagai berikut: jelas dan
bersifat praktis; secara jelas menggambarkan langkah-langkah yang harus ditempuh;
merupakan pengembangan dari analisis kebutuhan dan ditekankan kepada penguasaan
kompetensi sebagai hasil belajar yang dapat diukur.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,
Jakarta, Kencana Prenada Media, 2013.
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem, jakarta, Bumi Aksara, 2005.
Sastrawijaya, A. Tresna. Pengembangan Program Pengajaran,
Jakarta, Rineka Cipta, 1991.
[1]
A. Tresna Sastrawijaya, Pengembangan Program Pengajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1991), hlm. 125-129
[2]
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (jakarta:
Bumi Aksara, 2005), hlm. 62-64.
[3]
Ibid 66-72
[4]
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,(Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2013), hlm. 85-87
[5]
Ibid, hlm. 88
No comments:
Post a Comment