Thursday, December 25, 2014

AKHLAK TASAWUF

  I. PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Akhlak tasawuf adalah merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya saat ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis akhlak tasawuf tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup umat agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah  beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prinma hingga hal ini dinyatakan oleh Allah didalam Al-Quran.
Petumbuhan dan perkembangan akhlak (etika) berarti melacak adat istiadat  yang sudah lama dimiliki individu, keluarga, dan masyarakat. Bahkan, Ayatullah Makarim Asy-Syirazi menegaskan bahwa bibit-bibit pembahasan akhlak sudah muncul berbarengan dengan pertama kalinya manusia menginjakkan kaki dimuka bumi ini. Kerana ketika menciptakan Adam dan menetapkannya di bumi, Allah SWT.  Telah memberikan pelajaran tentang akhlak, perintah dan dan larangan  kaitanya dengan interaksi antara sesama.[1]
Peralihan tasawuf yang bersifat  personal pada tarekat yang bersifat lembaga yang tidak terlepas dari perkembangannya dan perluasan tasawuf itu sendiri. Semakin luas pengaruh tasawuf, semakin banyak pula orang yang berhasrat mempelajarinya.

B.       Rumusan Masalah

1.      Apakah definisi akhlak tasawuf?
2.      Sebutkan persamaan dan perbedaan serta hubungan antara akhlak tasawuf?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui definisi akhlak tasawuf
2.      Untuk mengartahui persamaan dan perbedaan serta hububngan antara akhlak tasawuf.

II.     PEMBAHASAN

A.      Definisi Akhlak Tasawuf

Kata akhlak berasal dari bahasa  Arab khuluk yang jamaknya akhlak. Menurut bahasa, akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan khalq yang berarti “kejadian”, serta erat hubunganya dengan kata khaliq yang berarti “ Pencipta” dan makhluk yang berarti “ yang diciptakan”.

Ibn Al-Jauzi menjelaskan (w.597) bahwa al-kluquq adalah etika yang dipilih seseorang. Dinamakan kluluq karena etika bagaikan khalaq (karakter) pada dirinya. Dengan demikian, kluluq adalah etika yang menjadi pilihan dan diusahakan seseorang. Adapun etika yang sudah menjadi tabiat bawaannya dinamakan al-khaym.[2] Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti, watak, tabiat.[3]

Berkaitan dengan pengertian khuluk yang berarti agama, Al-Fairuzzabadi berkata, “ Ketahuilah, agama pada dasarnya adalah akhlak. Barang siapa memiliki akhlak mulia, kualitas agamanya pun mulia. Agama diletakkan di atas empat landasan akhlak utama, yaitu kesabaran, memelihara diri, keberanian, dan keadilan”.

Secara sempit, pengertian akhlak dapat diartikan dengan:
a.    Kumpulan kaidah untuk menempuh jalan yang baik
b.    Jalan yang sesuai untuk menuju akhlak
c.    Pandangan akal tentang kebaikan dan keburukan

Kata akhlak lebih luas artinya daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab akhlak meliputi segi-segi kejiwaan dan tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang. Adapula yang menyamakannya karena keduanya membahas baik dan buruk tingkah laku manusia. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluk.[4]

Adapun pengertian akhlak menurut ulama akhlak, antara lain sebagai berikut:  
1.        Menurut Ibnu makkawaih (941-1030) adalah :” keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya : tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan akhlak”.
2.        Imam Al-Ghazali (1055-1111 M) dalam Ihya Ulumuddin menyatakan: “Akhlak adalah daya kekuatan atau sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran”. Jadi, akhlak yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan mewujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.
3.        Syekh Makarim Asy-Syirazi menyatakan : ”akhlak adalah  sekumpulan keutamaan maknawi dan tabiat batini manusia”.
4.        Menurut Dr. M. Abdullah Dirrosz, akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mentap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membaca kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal  akhlak yang jahat).[5]

Semua pengertian di atas memberikan gambaran bahwa tingkah laku merupakan bentuk kepribadian seseorang tanpa dibuat-buat atau spontan atau tanpa ada dorongan dari luar. Jika baik menurut pandangan akal dan agama, tindakan spontan itu dinamakan akhlak yang baik, sebaliknya jika tindakan spontan itu buruk disebut al-akhlakul madzmudah”.
      
Secara etimologi tasawuf dapat dilihat menjadi beberapa macam pengertian, diantaranya:
1.    Tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan ahlul suffah, yang berarti sekelompok orang pada masa Rasullulah SAW. Yang hidupnya berdiam di serambi-serambi masjid, mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT.
2.    Tasawuf berasal dari kata shafa. Kata shafa ini berbentuk fi’il mabni majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya nisbah, yang berarti nama bagi orang-orang yang”bersih” atau “suci”. Maksudnya adalah orang-orang yang menyucikan dirinya dihadapan Tuhan-Nya.
3.    Istilah tasawuf berasal dari kata shaf. Makna shaf ini dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu berada di saf yang paling depan.[6]

Jika kata tasawuf dengan kata akhlak disatukan dua kata ini akan menjadi sebuah frase, yaitu tasawuf akhlaki. Secara etimologi thasawuf akhlaki bermakna membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku. Jika konteksnya adalah manusia, tingkah laku manusia yang menjadi sasarannya. Tasawuf akhlaki ini bias dipandang sebagai sebuah tatanan dasar untuk menjadi akhlak manusia atau dalam bahasa sosial moralitas masyarakat.

Secara terminolog tasawuf adalah:
1.    Menurut Al-Junaidi, Tasawuf adalah kesadaran bahwa yang hak (Allah) adalah yang mematikanmu dan yang menghidupkanmu.
2.    Menurut ‘Amir Bin Usman Al-Maki, tasawuf adalah melakukan sesuatu yang terbaik disetiap saat.
Berdasarkan pengertian diatas terutama pengertian yang diungkapkan Al-Junaidi, ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha-usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keaabadian, saling mengingatkan antar manusa, serta berpengang teguh pada janji allah dan mengikuti syari’at Rasulullah dalam mendekatkan diri dan mencapai keridhaan-Nya.[7]

B.       Hubungan Akhlak dengan Ilmu Tasawuf

Akhlak  sangat erat hubungannya dengan perilaku dan kegiatan manusia dalam interaksi sosial pada lingkungan tempat tinggalnya. Jadi akhlak tasawuf dapat terealisasi secara utuh, jika pengetahuan tasawuf dan ibadah kepada Allah SWT. Dibuktikan dalam kehidupan sosial.

Para ahli ilmu tasawuf pada umumnya membagi tasawuf kepada tiga bagian:
1.    Tasawuf falsafi
2.    Tasawuf akhlaki
3.    Tasawuf amali

Ketiga macam tasawuf ini tujuannya sama yaitu: mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji. Dengan demikian dalam proses pencapaian tujuan bertasawus seseorang harus terlebih dahulu berakhlak mulia.

Hubungan antara ilmu akhlak dengan tasawuf diuraikan oleh Harun Nasution. Menurutnya ketika mempelajari tasawuf ternyata pula bahwa Al-Quran dan al-Hadis mementingkan akhlak. Akhlak dan al hadis menekankan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, keadilan, tolong menolong, murah hati, suka memberi maaf, sabar, baik sangka, berkata benar, pemurah, keramahan, bersih hati, berani, kesucian, hemat, menempati janji, disiplin, mencintai ilmu dan berfikiran lurus. Nilai-nilai serupa ini yang harus dimiliki oleh seorang muslim, dan dimasukan kedalam dirinya dari semasa ia kecil.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam tasawuf masalah ibadah amat menonjol, karena bertasawuf itu pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, haji, zikir, dan lain sebagai, yang semuanya itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf itu ternyata erat hubungannya dengan akhlak.

Dalam hubungan ini Harun Nasution lebih lanjut mengatakan, bahwa ibadah dalam islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam Al-quran dengan takwa, dan takwa berarti melaksanakan perintah Tuhan dan menjahui larangan-Nya, yaitu orang yang berbuat baik dan jauh dari yang tidak baik. Inilah yang dimaksud dengan ajaran amar ma’fuf nahi mungkar, mengajak orang pada kebaikan dan mencegah orang dari hal-hal yang tidak baik. Tegasnya orang yang bertakwa adalah orang yang berakhlak mulia. Harun Nasution lebih lanjut mengatakan, kaum sufilah, terutama yang pelaksanaan ibadahnya membawa kepada pembinaan akhlak mulia dalam diri mereka. Hal itu, dalam istilah sufi disebut dengan al-taqhalluq bi akhlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi pekerti Allah, atau al-ittishaf bi sifatillah, yaitu mensifati diri dengan sifat-sifat yang dimiliki Allah.

Sebagian besar pembicaraan tasawuf berkaitan dengan pengetahuan tentang ketuhanan (al-ma’arif al- ilahiyyah) tetapi tidak dengan jalan ilmu dan pembuktian ilmiah, tetapi dengan jalan penyaksian esoteric (al-syuhud al-batini). Ini berarti bahwa hati manusia harus berfungsi bagaikan cermin yang bersih sehingga dapat menangkap hakikat dan menyikap tirai. Dengan cara itu, hati seseorang dapat melihat esense ketuhan asma-asma-Nya dan sifat-sifat-Nya.

Tujuan ilmu tasawuf ini, ilmu akhlak dapat membantu seseorang untuk menghilangkan berbagai kotoran hati yang dapat menghalangi pemiliknya dari esensi ketuhanan. Dapat dikatakan bahwa, akhlak merupakan pintu gerbang ilmu tasawuf.

Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.

Yang memiliki tujuannya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji.

C.      PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA AKHLAK DAN ILMU TASAWUF

1.        Persaamaan

Ada kaitannya dengan akhlak, etika, dan moral yaitu sebagai berikut:
a.         Akhlak, etika, dan moral mengacu pada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat dan perangai yang baik.
b.         Akhlak etika dan moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya. Semakin tinggi kualitas akhlak, etika,  moral dan susila, seseorang atau sekelompok orang semakin tinggi kualitas kemanusiaannya. Sebaliknya, semakin rendah kualitas akhlak, etika, moral dan susila, seseorang atau sekelompok orang semakin rendah pula kualitas manusianya.
c.         Akhlak, etika, dan moral seseorang atau sekelompok orang tidak semata merupakan factor keturunanyang bersifat tetap, stastis dan konstan, tetapi merupakn potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara terus menerus dengan tingkat konsistensi yang tinggi.
d.        Akhlak dan ilmu tasawuf sama-sama bersumber dari Al-Quran dan Hadis


2.        Perbedaan

Berikut ini adalah perbedaan antara akhlak dan tasawuf yaitu: Tasawuf ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri,  berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian, berpegang teguh pada janji Allah SWT dan mengikuti syariat Rasulullah saw dalam mendekatkan diri dan mencapai keridhaan-Nya. Sedangkan akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran dan keadaan jiwa seseorangyang mendorong manusia untuk berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu, tabiat atau bawaan serta kebiaasaan melalui latihan dan perjuangan.

  III.     PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Akhlak tasawuf adalah membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku. Jika konteksnya adalah manusia, tingkah laku manusia yang menjadi sasarannya. Tasawuf akhlaki ini bias dipandang sebagai sebuah tatanan dasar untuk menjadi akhlak manusia atau dalam bahasa sosial moralitas masyarakat.

akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mentap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membaca kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal  akhlak yang jahat).

Akhlak  sangat erat hubungannya dengan perilaku dan kegiatan manusia dalam interaksi sosial pada lingkungan tempat tinggalnya. Jadi akhlak tasawuf dapat terealisasi secara utuh, jika pengetahuan tasawuf dan ibadah kepada Allah SWT. Dibuktikan dalam kehidupan sosial.

Para ahli ilmu tasawuf pada umumnya membagi tasawuf kepada tiga bagian:
1.      Tasawuf falsafi
2.      Tasawuf akhlaki
3.      Tasawuf amali

Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha-usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keaabadian, saling mengingatkan antar manusa, serta berpengang teguh pada janji allah dan mengikuti syari’at Rasulullah dalam mendekatkan diri dan mencapai keridhaan-Nya.[8]
Persamaan dan perbedaan akhlak dan ilmu tasawuf antara lain:
a.    Persamaanya :
1.    Akhlak, etika, dan moral seseorang atau sekelompok orang tidak semata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis dan konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara terus menerus dengan tingkat konsistensi yang tinggi.
2.    Akhlak dan ilmu tasawuf sama-sama bersumber dari Al-Quran dan Hadis.
b.    Perbedaannya:
Tasawuf ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri,  berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian, berpegang teguh pada janji Allah SWT dan mengikuti syari’at Rasulullah saw dalam mendekatkan diri dan mencapai keridhaan-Nya. Sedangkan akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran dan keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu, tabiat atau bawaan serta kebiaasaan melalui latihan dan perjuangan.

B.       Saran

Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya. Dalam penulisan makalah ini kami sadari masih banyak kekurangan, saran dan kritikan yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah kami ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

 Nata, Abuddin. 2006. Akhlak Tasawwuf . Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung. Pustaka Setia
A.Mustofa, 1997. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka setia
M.Solihin, Rosihon Anwar. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung. Pustaka setia




[1]  Asy-Syaikh nashir makarim Asy-Syirazi, Al-akhlaq fi Al-Quran, Qumm: madrasah Al-imam ‘Ali bin Abi Thalib, 1386 H, hlm. 28.
[2] Ibn Al-Jaufzi, Zad al-masir, Beiru Al-Maktab Al-Islamy, 1404, Jilid VIII, hlm. 328
[3] W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum bahasa Indonesia, Jakarta: 1985, hlm. 25
[4] M.Syatori. ilmu Akhlak, Bandung: Lisan , 1987, hlm. 1.
[5] DRS. H. A Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia,1997), hal.12
[6] Prof . Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2010). Hal 143
[7] Prof. Dr. M. Solihin M.Ag, ilmu tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 15.
[8] Prof. Dr. M. Solihin M.Ag, ilmu tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 15.

No comments: